"Pertanyaannya
bukan lagi apakah pemanasan global benar-benar terjadi, tetapi apakah
dalam menghadapi situasi darurat ini kita dapat cepat menyesuaikan
diri." Kofi Annan, 2006
Perdebatan
ilmiah diantara pakar bukan lagi apakah Pemanasan Global terjadi atau
hanya hitungan di atas kertas. Fokusnya kini adalah seberapa cepat dan
seberapa besar dampak Pemanasan Global. Perubahan yang cepat dan
berskala besar ini akan mempengaruhui seluruh kehidupan di bumi. Suhu
bumi akan terus meningkat jika tidak mengambil langkah untukk
mengatasinya.
Sejak akhir
1800-an, rata-rata suhu permukaan bumi meningkat 0.74 derajat Celcius.
Diperkirakan akan terus meningkat antara 1,8° C hingga 4° C pada tahun
2100. Selama 30 tahun terakhir, rata-rata temperatur bumi meningkat
sebesar 0,55°C. Diperkirakan, jika situasi tetap seperti ini, pada 2020
suhu akan meningkat lagi sebesar 0,55°C.Tahun 2006 tercatat sebagai
tahun terpanas sejak 1850 (urutan selanjutnya 1998, 2005, 2003, 2002 dan
2004).
Sepertinya
peningkatan satu derajat tidak lah terlalu berarti. Tetapi ingat, zaman
Es (Ice Age) ditandai dengan berubahnya suhu hanya 0,12°C-0,24°C.
Semakin jelas bahwa, bumi kelelahan mendukung kehidupan 6.3 milyar
manusia, menjadi tempat yang sangat berbahaya jika tidak dilakukan
langkah pencegahan kenaikan suhunya.
Pemanasan
Global diikuti dengan Perubahan Iklim. Tanda-tanda terjadi Perubahan
Iklim dapat dilihat dari meningkatnya curah hujan di beberapa bagian
bumi, sementara bagian lainnya mengalami musim kering yang
berkepanjangan. Hal ini terjadi karena ada perubahan suhu udara dan
curah hujan yang terjadi secara bertahap dalam jangka waktu puluhan
tahun.
Pemanasan
Global terjadi karena energi dari matahari dalam bentuk panas dan
cahaya, memanaskan bumi sehingga suhu meningkat. Sebagian dari panas
ini dikembalikan ke angkasa. Tetapi sebagian besar terperangkap oleh
molekul-molekul gas rumah kaca (seperti karbondioksida/CO2, metana/CH4,
dinitro oksida/N2O). Tanpa gas rumah kaca, bumi kita akan sangat dingin
dan tidak dapat dihuni.
Masalahnya saat
ini, terjadi peningkatan gas rumah kaca secara besar-besaran. Sebagian
besar merupakan hasil pembakaran, seperti penggunaan bahan bakar fosil
(minyak bumi dan batu bara), penebangan hutan, dan prktek-prakstek
sistem pertanian tertentu.
Sebelum
Revolusi Industri, kandungan CO2 di atmosfir sekitar 280 ppm (part per
million). Kini mencapai, 380 ppm. Semakin banyak molekul gas rumah kaca
di atmosfir, semakin meningkat suhu rata-rata permukaan bumi.
Aktivitas
manusia terus berjalan, akibatnya emisi gas rumah kaca juga kian
meningkat. Dengan pertumbuhan seperti saat ini, pada 2050 tingkat emisi
gas rumah kaca mencapai dua kali lipat dari masa pra industri. Bahkan
akan lebih cepat terjadi jika negara seperti India dan China mengikuti
pola AS (negara yang menghasilkan seperempat emisi global) dalam
pelepasan karbon, yaitu pada 2035.
Dengan tingkat
gas rumah kaca yang meningkat dua kali lipat, tampaknya peningkatan
rata-rata suhu global sebesar 0,24°C dapat terjadi pada abad ini.
Gas Rumah Kaca dan Efek Rumah Kaca
Gas Rumah Kaca seperti (CO2), (CH4), atau (N2O), menyelimuti bumi, dan
menahan panas matahari di atmosfir. Akibatnya terjadinya akumulasi
panas (atau energi) yang semakin tinggi. Bayangkan saat kita berada di
dalam rumah kaca yang suhunya lebih hangat karena kaca menyebabkan panas
terperangkap di dalamnya. Akumulasi panas yang berlebihan di atmosfir
bumi membuat iklim berubah.
Enam gas Rumah Kaca yang harus diturunkan emisinya, adalah:
- • Karbon dioksida (CO2);
- • Methana (CH4);
- • Nitrogen Oksida (N2O);
- • Hydrofluorocarbons (HFCs);
- • Perfluorocarbons (PFCs); dan
- • Sulphur hexafluoride (SF6)
Dampak Perubahan Iklim Saat suhu permukaan bumi terus meningkat, berbagai bencana akan terjadi pada bumi dan kehidupan kita, diantaranya:
- Air
bersih susah didapat (hanya 1 dari 5 penduduk dunia yang dapat
memperoleh air bersih). Diperkirakan kondisi ini semakin buruk pada
2080, saat itu sekitar 3 milyar orang kekurangan air bersih,
- Sekitar 20-30% spesies menghadapi kepunahan.
- Mencairnya
hamparan es di Greenland mengakibatkan peningkatan tinggi permukaan air
laut sekitar 6 meter. Untuk menghadapi hal ini, sejumlah negara
seperti Belanda sudah menggelar kompetisi merancang rumah terapung.
- Banjir
menggenangi kawasan dataran rendah yang merupakan kawasan lahan subur
untuk pertanian seperti Bangladesh, Maldives,dan lokasi kota-kota di
pinggir pantai seperti Jakarta.
- Semakin tingginya frekuensi dan intensitas hujan badai dan angin topan
- Terjadi migrasi besar-besaran karena banyak wilayah tidak dapat menopang kehidupan
- Ancaman
terhadap kesehatan manusia. Ledakan berbagai penyakit tropis seperti
malaria dan demam berdarah. Di Eropa pada 2003 saja, sekitar
20.000-30.000 orang kehilangan nyawa karena gelombang panas.
- Proses penggurunan karena kekeringan yang berkepanjangan
- Gagal panen akibat kekeringan sehingga terjadi kelaparan besar-besaran.
- Terjadi pengungsian besar-besan akibat hilangnya mata pencaharian.
- Nelayan sulit mendapatkan ikan karena kerusakan terumbu karang di seluruh dunia akibat suhu air laut meningkat.
- Kebakaran hutan semakin sering terjadi.
- Kenaikan
suhu ekstrim di beberapa wilayah. Seperti suhu di Kalimantan yang
biasanya sekitar 35°C, naik menjadi 39°C. di Sumatra, dari suhu
rata-rata 33-34°C menjadi 37°C. Sementara Jakarta dari 32-34°C berubah
menjadi 36°C.
Fakta-fakta
dasar ini sangat akrab dengan sebagian besar masyarakat, terutama
masyarakat di Negara berkembang yang harus segera beradaptasi demi
kelangsungan hidup mereka. Pemanasan global dan perubahan iklim
mempersulit kehidupan masyarakat rentan, padahal sumbangan mereka
terhadap emisi gas rumah kaca sangat sedikit dibandingkan Negara-negara
indusri.
Pemanasan
Global dan perubahan Iklim yang menyertainya merupakan masalah modern
yang sangat rumit, untuk dapat mengatasinya harus melihat secara
menyeluruh, masalah kemiskinan, pembangunan ekonomi global dan
pertambahan populasi. Tidak mudah mengatasinya. Terlebih lagi saat
dimensi keadilan ditinggalkan.
Tetapi
mengabaikannya, dalam berbagai tingkatan akan menjadikan kondisi ini
lebih buruk lagi. Saatnya bertindak, mulai sekarang..
LET'S GO GREEN TO OUR EARTH
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar