Dinamika Perubahan Litosfer dan Pedosfer
Dinamika Perubahan Litosfer dan Pedosfer
- Batuan Penyusun Kulit Bumi
Litosfer
merupakan lapisan kerak bumi yang paling atas tersusun atas batuan dan
mineral. Induk segala batuan ialah magma. Magma adalah batuan cair pijar
yang bersuhu tinggi dan mengandung berbagai unsur mineral dan gas.
Batuan pembentuk kulit bumi selalu mengalami siklus atau daur, yaitu
batuan mengalami perubahan wujud dari magma, batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan malihan, dan kembali lagi menjadi magma. Siklus
batuan berawal dari magma yang mengalami proses pendinginan akan menjadi
batuan beku. Tempat pembekuan magma di bawah lapisan bumi, di dalam
lapisan llitosfer, atau di dalam dapur magma. Batuan beku tidak
selamanya tetap dalam keadaan utuh. Melalui atmosfer dan proses
hidrosfer, batuan beku akan mengalami pelapukan, tererosi, terhanyutkan,
dan terendapkan di suatu tempat. Endapan hasil pengikisan batuan beku
akan menjadi batuan sedimen.
Keberadaan batuan beku dan batuan sedimen tidak selalu diam. Melalui
proses desakan, patahan, lipatan atau patahan terkadang batuan beku dan
batuan sedimen terpisahkan ke lapisan yang paling bawah maupun muncul
dan tersingkap. Jika kedua batu tersebut mendapat tekanan dan suhu
tinggi dari magma, akan berubah wujud menjadi batuan malihan (metamorf). Suatu
waktu batuan malihan, batuan beku, dan batuan sedimen “tergusur” dan
bercampur lagi dengan magma yang masih cair sehingga melebur dan menjadi
calon batuan beku lagi. Demikianlah proses terjadinya siklus batuan
pada lapisan litosfer.
- Macam-macam Bentuk Muka Bumi
Bentuk
muka bumi banyak dipengaruhi oleh proses endogenik dan eksogenik.
Proses endogenik (tenaga dari dalam bumi), antara lain tektonisme atau
gerak lempeng litosfer, aktivitas vulkanisme (gunung api), gempa bumi,
dan diatropusme. Adapun proses eksogenik, antara lain pengikisan
(erosi), pelapukan, masswasting, dan pengendapan.
- Proses Endogenik
- Bentuk Muka Bumi Akibat Diatropisme
Diatropisme
adalah proses pembentukan relief kulit bumi, pembentukan gunung-gunung,
plato-plato,lembah-lembah, lipatan-lipatan, dan retakan-retakan.
Diatropisme secara umum dibagi menjadi dua jenis, yaitu epirogenesa dan
orogenesa. Epirogenesa merupakan pengangkatan massa benua (kontinen)
dengan kecepatan yang relatif lambat, sedangkan orogenesa merupakan
perubahan kulit muka bumi dengan laju kecepatan yang relatif singkat.
- Bentuk Muka Bumi Akibat Tektonisme
Tektonisme
adalah tenaga yang bekerja di dalam bumi dengan arah vertikal dan
horizontal yang mengakibatkan perubahan atau pergeseran lokasi sehingga
raut muka bumi berubah secara cepat. Berdasarkan bentukan-bentukan yang
tampak di permukaan bumi, tenaga tektonisme dikelompokkan atas tektonik
lipatan (folded procces) dan tektonik patahan (faulting procces).
- Bentuk Muka Bumi Akibat Proses Vulkanisme
Vulkanisme
adalah kegiatan yang berkaitan dengan gerakan magma. Magma sebagai
massa silikat cair pijar sangat aktif melakukan gerakan ke segala arah,
baik secara vertikal, miring, menyusup, mendatar di permukaan bumi,
ataupun hanya di dalam bumi.
- Bentuk Muka Bumi Akibat Gempa Bumi
Gempa
bumi adalah sentakan yang bersumber dari kerak bumi, patah, bergeser,
atau bergetar akibat aktivitas tektonisme, vulkansime, atau tanah
runtuh. Ketika gempa bumi terjadi, bumi seperti di guncang ke atas dan
ke bawah atau ke samping kiri dan kanan. Getaran gempa yang kecil
umumnya tidak dirasakan oleh manusia, tetapi alat yang sensitif dapat
merekamnya. Alat yang dapat digunakan untuk merekam macam-macam
gelombang gempa disebut seisnometer. Kombinasi seisnometer dengan sistem
pencatatan , sistem peredaman dan sistem waktu disebut seismograf.
Bentuk muka bumi akibat gempa bumi dapat dibentuk lipatan dan patahan.
- Proses Eksogenik
Bentuk
muka bumi yang diakibatkan oleh proses diatropisme, vulkanik, dan gempa
bumi merupakan bentuk muka bumi akibat proses endogen, yaitu tenaga
geologi yang berasal dari dalam bumi dan bersifat membangun. Selain
proses endogen, terdapat pula proses eksogen, yaitu proses perombakan
permukaan bumi melalui kegiatan pelapukan, pengikisan, masswasting, dan pengendapan. Tenaga endogen bekerja sangat lambat, tetapi pasti.
- Pelapukan
Pelapukan
batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat (fisis
dari kimiawi) batuan akibat pengaruh cuaca. Pelapukan dalam bahasa
Inggris disebut weathering,
berasal dari kata weather atau cuaca. Gejala pelapukan mudah dikenali
dalam kehidupan sehari-hari, seperti kayu yang telah rapuh, bongkahan
batu yang berwarna kuning kecoklatan akibat tersengat matahari, dan
lapisan tanah yang berupa batuan keras menjadi lembek. Semua ini
merupakan proses pelapukan.
- Pengikisan (Erosi)
Pengikisan (erosi) merupakan suatu proses pelepasan atau pemindahan massa
batuan secara alami dari suatu tempat ke tempat lain oleh suatu zat
pengangkut yang bergerak di atas permukaan bumi. Proses erosi umumnya
dimulai dari proses pelapukan terlebih dahulu, baik secara fisis maupun
kimia, lalu diangkut dan diakhiri dengan proses pengendapan
(sedimentasi).
- Masswating
Masswating
adalah pemindahan massa batuan oleh gaya beratnya sendiri akibat
tarikan gravitasi bumi. Dalam proses masswating air memegang peranan
sebagai pembantu. Pada batuan yang banyak mengandung air, gerakan massa
batuan akan lebih cepat dari pada batuan yang kering.
- Pengendapan (Sedimentasi)
Setelah
proses pelapukan dan pengikisan (erosi) berlangsung, melalui tenaga
pengangkut(air, angin, gletser, dan gelombang laut) material hasil
pengikisan akan diangkut ke suatu tempat pengendapan. Tiga proses, yaitu
erosi, pengangkutan, dan pengendapan tidak dapat dipisahkan sehingga
dikenal dengan istilah three phases of single activity. Proses
pengikisan oleh berbagai sebab dan masswatingh lebih dikenal sebagai
proses degradasi. Sebaliknya, seluruh hasil pengendapan disebut proses
agradasi. Degradasi adalah proses geomorfologi yang cenderung menurunkan
permukaan bumi, sedangkan agradasi adalah sebaliknya, yaitu cenderung
menaikkan permukaan bumi.
- Degradasi Lahan dn Pengaruhnya terhadap Kehidupan
Degradasi
lahan adalah proses geomorfologi yang cenderung menurunkan permukaan
bumi. Penurunan permukaan bumi dapat terjadi akibat erosi dan
masswasting. Pada sisi lain, degradasi lahan juga diartikan penurunan
kualitas lahan.
Degradasi lahan banyak berpengaruh terhadap kehidupan manusia, baik
langsung maupun tidak langsung. Dampak erosi tanah di tempat terjadinya,
antara lain sebagai berikut.
- Lapisan tanah permukaan yang baik hilang sehingga penjangkaran (pencengkeraman) akar tanaman tidak ada lagi. Selain itu, unsur-unsur hara dalam tanah terhanyutkan dan mengakibatkan tanah menjadi tidak subur lagi.
- Akibat dari ketidaksuburan tanah, produksi pertanian menurun. Jika ingin dipertahankan kesuburannya, biaya produksi pertanian menjadi semakin tinggi karena harus membeli berbagai pupuk untuk pengelolaan tanah.
- Jika produksi usaha pertanian semakin tinggi, dapat menjdi penyebab kemiskinan para petani, baik pemilik lahan maupun buruh tani.
- Akibat yang tidak langsung dari adanya erosi atau degradsi lahan adalah berkurangnya alternatifpengusahaan lahan. Artinya, ketika degradasi lahan belum terjadi, lahan pertanian dapat ditanami oleh berbagai macam tanaman, tetapi setelah terjadi erosi tanah, jenis tanaman yang dapat tumbuh semakin sedikit.
- Akhirnya, setelah lahan tidak subur, para petani akan mencari lahan baru dengan cara membuka hutan. Dengan penbukaan hutan yang baru, akan semakin mempercepat erosi lagi.
- Setelah erosi tanah terjadi, lapisan batuan yang keras akan tersingkap dan infiltrasi air tidak terjadi lagi. Jika infiltrasi besar, aliran permukaan (air limpasan) akan semakin besar sehinga mengakibatkan banjir di bagian hilir.
Adapun
dampak yang terjadi di luar tempat kejadian erosi adalahpelumpuran dan
pendangkalan waduk, sungai, saluran, dan badan air lainnya. Waduk yang
cepat dangkal menimbulkan karugian karena fungsi waduk tidak akan
berusia lama.
- Pembentukan Tanah
Pembentukan
tanah dipelajari dan dibahas dalam suatu studi khusus, yang genesa
tanah(pedogenesa). Ada beberapa faktorpenting yang memengaruhi proses
pembentukan tanah, yaitu iklim, organisme, bahan induk, topografi dan
waktu.
Keterangan:
T = tanah
t = topografi
i = iklim
b = bahan induk
f = faktor
o = organisme
w = waktu
- Jenis-jenis tanah di Indonesia
Jenis tanah di Indonesia berdasarkan klasifikasi dari Lenbaga Penelitian Tanah Bogor yang dikembangkan oleh Soepraptohardjo dikelompokkan
atas tanah organik, tanah tanpa diferensiasi horizon, tanah merah,
andosol, grumosol, hidrosol, tanah garam, podsol.
- Erosi Tanah dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Kerusakan yang ditimbulkan oleh peristiwa erositerjadi di dua tempat, yaitu:
- Pada tempat erosi terjadi;
- Pada tempat tujuan akhir, di sana tanah yang terangkut tersebut diendapkan.
Kerusakan
yang dialami pada tanah di tempat erosi terjadi berupa kemunduran
sifat-sifat kimia dan fisik tanah, seperti kehilangan unsur hara dan
bahan organik, menurunnya kapasitas infiltrasidari kemampuan tanah
menahan air, meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah, serta
berkurangnya kemantapan strktur tanah yang pada akhirnya menyebabkan
memburuknya pertumbuhan tanaman dan menurunnya produktivitas. Hal ini
karena lapisan tanah atas setebal 15 sampai 30 cm memiliki sifat-sifat
kimia dan fisik lebih baik dari lapisan lebih bawah.
- Usaha Mengurangi Erosi Tanah
Usaha
untuk mengurangi erosi tanah dapat dilakukan dengan upaya-upaya
konservasi tanah. Konservasi tanah adalah menjaga agar tanah tidak
tererosi. Terdapat tiga carapendekatan dalam konservasi tanah, yaitu
sebagai berikut.
- Menutup tanah dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman atau sisa-sisa tanaman agar tanaman terlindung dari daya perusak butir-butir hujab yang jatuh.
- Memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap penghancuran agregat dan terhadap pengangkutan, serta lebih besar dayanya untuk menyerap air di permukaan tanah.
- Mengatur air aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak dan memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah.
Metode
konservasi tanah dapat dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu metode
vegetatif dan metode teknik. Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman
atau tumbuhan dan sisa-sisanya untuk mengurangi daya rusak hujan yang
jatuh, serta mengurangi jumlah dan daya rusak aliran permukaan dan
erosi. Metode teknik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan
terhadap tanah dan pembuatan bangunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar